Saturday, May 10, 2025
24.6 C
Brunei

    Berita Terkini

    Kejadian seram di belakang rumah

    Oleh Zulkamal Haji Kamis

     

    MUSIM cuti persekolahan tidak lama lagi, Karie dan Deelah sudah bersepakat untuk merancang beberapa aktiviti bagi mengisi masa yang terluang itu. “Karie, cuti sekolah inda lagi lama, cana kalau kitani balik kampung dan berjumpa dengan nini tarus tidur di sana lah untuk beberapa hari, apa macam?” tanya Deelah kepada Karie. “Eyhh lihat dulu, nanti tah ku membuat keputusan, boring kali ah di kampung atu, sudah tah inda ada line connection, hidup macam di dalam hutan bah itu Deelah,” jawab Karie lancar.

    “Iatah kau ane nah, nini kitani jua tue di kampung atu, lagi pun ah bukan jua selalu kitani balik kampung bah kau ane, iatah masanya ne kitani dapat balik kampung lagi pun cuti sekolah jua ne, siuk kali ah, time ane lagi musim buah, macam-macam buah dapat kau makan ne Karie,” kata Deelah kepada Karie yang asyik memandang telefon bimbitnya.

    “Bah karangtah ku update kau lagi, aku bagitahu babah ku dulu, kalau ya menyuruh jua tue ah, kalau inda, inda tah ku belaku tue ah,” kata Karie lagi. “Bah mau tue amit, mesti ya mau tue, iatah ya mau tue,” jawab Deelah. “Bah balik ku dulu Dee, tue babah sudah ada,” kata Karie kepada Deelah. “So jangan lupa tue, gitau amit,” Deelah cuba mengingatkan Karie.

    “Babah, Deelah kan membawa balik kampung kan tidur di rumah nini, boleh kan?” tanya Karie kepada ayahnya, Roslan. “Bah boleh eyh, ngam juga cuti sekolah kan, karang babah menelefon ninimu ah, bagitau ia, kamu kan balik kampung nanti masa cuti sekolah,” jawab ayah Karie. Wajah Karie berubah masam, dia mengharap bukan jawapan itu malah dia mengharap agar ayahnya tidak membenarkannya untuk pergi. Namun Karie terpaksa akur dan mengikut sahaja rancangan Deelah itu.

    Karie dan Deelah merupakan sepupu dan mereka berdua sudah berkawan rapat sejak kecil lagi sehinggalah mereka berdua di Tahun 10 ketika ini dan bersekolah di tempat yang sama. Namun Deelah agak sedikit ketinggalan dari segi intelek berbanding Karie yang sangat pintar dan cerdik namun ia semua itu tidak membezakan hubungan mereka berdua. Ada ketikanya, Karie akan mengajar dan membantu serta berkongsi-kongsi ilmu bersama dengan Deelah. Deelah pula sangat berbakat dalam seni dan seorang yang sangat ingin tahu.

    “So bagaimana Karie, sudah kau gitau babahmu?” tanya Deelah semasa waktu rehat di sekolah. “Awu disuruhnya, nini tau sudah tue, ia karang mengaga kitani nanti,” kata Karie kepada Deelah. “Yezzaaaaa, balik kampung, yes, balik kampung, siuk ne, sebenarnya tais liur ku kan makan durian Karie, yes, ane dapat tah ku makan durian puas-puas ne,” kata Deelah gembira. Karie hanya memandang Deelah yang ketika itu sangat teruja untuk balik kampung dan berjumpa dengan nenek mereka. “Babah ku pun sudah ku gitau, ia pun menyuruh sudah Karie, tapi katanya beingat-ingat saja nya, jangan diaga kawasan belakang rumah nini atu,” kata Deelah kepada Karie. “Bowh, kenapa Uda cakap catu atu, mesti ada sesuatu ne Deelah di belakang rumah nini atu,” jawab Karie.

    “Iatah bah ah, curious ku tarus kenapa babah cakap catu, mesti ada something kali tue,” kata Deelah lagi. “Eyh homework mu cana, kau bawa jua?” tanya Deelah kepada Karie. “Helloo, awu lah dibawa, cuti-cuti jua, homework harus diingat jua, di sana lagi nada connection, daripada nada buat apa-apa baiktah membuat homework,” jawab Karie.

    Perjalanan

    “Wang, ninimu datang sudah ne, bah laju,” teriak ibu Deelah kepada Karie yang berada di dapur sedang minum. “Okey sekajap ma,” balas Deelah. “Pa, inda kita masuk dulu, berehat tah dulu, lagi pun perjalanan kita jauh kan,” pelawa ibu Deelah kepada ayah mertuanya. “Inda payah dang, gagas ku sudah, lain kali tah, lagi pun mandung sudah hari atu, karang hujan, aku ane rabun mun hujan turun,” jawab Nini Kassim kepada ibu Deelah. “Deelah, bah laju eyh, ninimu menunggu kau sudah ne, laju hujan karang.”

    “Deelah dan Karie mau singgah makan dulu?” tanya Nini Kassim kepada Deelah dan Karie yang duduk senyap di belakang kereta. “Inda payah ni, kanyang kami masih, lagi pun jauh jua lagi perjalanan ne, kita jua begagas tadi,” jawab Deelah sambil tersenyum. “Awu bah mun kan makan gitau saja nini ah,” jawab Nini Kassim lagi. “Okey tue ni, don’t worry,” jawab Karie.

    Dalam perjalanan, Deelah memerhatikan di sekeliling manakala Karie sudah tertidur berdengkur. “Ni, banyak sudah berubah ah kawasan kampung kita ane ah,” tanya Deelah kepada Nini Kassim. “Awu banyak sudah berubah lai, lagi satu lai, nini kan bepasan, kalau sampai di rumah nanti, naik saja tarus ke atas ah, jangantah lagi jalan-jalan,” pesan Nini Kassim kepada Deelah. “Ingati jua Karie karang ah,” tambah Nini Kassim. “Kenapakan ni,” tanya Deelah seakan-akan tidak berpuas hati. “Adatah tue, untuk keselamatan kamu, teranah saja karang di dalam rumah, esuk pagi jalan-jalan tah kamu puas-puas,” jawab Nini Kassim.

    “Ooo nininya bini, ne nah cucu kesayangan kita sampai,” Nini Kassim membuka pintu. “Nah sampai sudah akhirnya nah, bah ampaikan tia dulu barang kamu atu dalam bilik, berehat tah dulu, mandi, sembahyang, lapas atu turun karang ke bawah ah, nini ada masak nyaman ne untuk kamu,” kata nini bini kepada Deelah dan Karie. “Okey tue ni,” jawab mereka berdua.

    “Eyhh Deelah nah kan sudah nyangku, boring ku eyh, macam nada kan dibuat bah, kan meliat TV, rancangan atu juga ganya ada, boring ku eyh,” kata Karie merungut. “Eshhh kau ane, baru pun beberapa jam kitani di sini sudah tah kau kan keboringan, cuba tah relaks saja,” jawab Deelah. “Emm bejalan kitani eyh, menghirup udara malam, nyaman usulnya di luar atu,” kata Karie kepada Deelah. “Awu ah baru ku ingat, kata nini jangan keluar rumah waktu malam nya, teranah saja di rumah nya, ia bepasan arah ku tadi,” kata Deelah kepada Karie. “Ia kah, kenapa catu atu ah, macam ada sesuatu kan,” jawab Karie.

    “Iatah tah tue Karie, aku pun musykil, cewah,” balas Deelah. “Lakastah di luar beranda saja kitani,” kata Deelah kepada Karie. “Bah lakastah,” jawab Karie. “Ehem, kan kemana tue,” tanya Nini Kassim kepada Deelah dan Karie yang berjalan menuju ke pintu utama. “Ne kan di luar ni, berangin-angin,” jawab Karie. “Jangantah keluar, malam sudah ne, masuk tah dalam bilik, pasang saja kipas,” kata Nini Kassim kepada mereka berdua. “Nini kan mengingatkan jua ah, jangan dimasuki kawasan hutan di belakang rumah nini ane ya, jangan sesekali dimasuki lai ah,” Nini Kassim memberikan amaran. “Kenapa ni, ada hantu kah di belakang atu,” jawab Karie. “Inda pulang ada hantu, cuma ada beruang, karang dimakannya kamu,” jawab Nini Kassim ketawa.

    “Eshhh nini ane, takut ku pulang,” kata Karie. “Bah udah tah, agatah tidur,” kata Nini Kassim lagi. “Eyh Karie, inda kau rasa kan mau tau kah apa ada di belakang atu,” tanya Deelah kepada Karie. “Awu ah, macam kan ingin tahu jua ku, apa ada di sana atu, lagi pun babah mu pun ada jua gitau kan sebelum kitani datang, jangan diaga di belakang rumah nini ane kan,” kata Karie kepada Deelah. “Awu iatah tue, cana kitani cuba liat esuk pagi, mau kau?” tanya Deelah kepada Karie. “Bah esuk pagi ah,” kata Karie lagi.

    Pagi itu

    “Eyhhh manatia bisdurang dua ane,” kata nini bini tatkala melihat Deelah dan Karie tidak ada di rumah. “Nininya laki, Deelah sama Karie inda ada ne, tau kita ke mana bisdurang?” tanya nini bini kepada Nini Kassim. “Asta, sudah tah dibagitau jangan bejalan-jalan, bejalan tia jua dua orang ane,” kata Nini Kassim. “Aduiii ma, mudahan saja bisdurang inda masuk di belakang atu nininya, payah karang mencari, sana atu lagi ada sidangan,” kata nini bini. “Cani saja aku ke belakang dulu manatau ke sana bisdurang dua ane,” kata Nini Kassim.

    “Woooiii Deelah, mana ne, manakan laluan balik ane, kan malam sudah ne,” kata Karie yang kelihatan sangat resah dan gelisah. “Ia sudah ne jalan kitani lalui ane, lurus ne, ia ne,” jawab Deelah yakin. “Ada kau bawa lampu kah Deelah,” tanya Karie. “Awu ada ne ku bawa,” jawab Deelah. “Aduh kenapa tia kitani bebalik di sini ane, bowh,” kata Deelah yang sudah menunjukkan rasa panik. “Bowh Deelah, cana ne, cana ne, cana kitani kan balik ne, kan malam tah lagi ne, marah nini ne,” kata Karie panik. “Eshh kau ane, jangantah panik, lakastah kitani cuba lagi jalan ane,” kata Deelah cuba menenangkan Karie yang sudah kelihatan gelisah.

    “Ya Allah, Deelah, sasat kitani ane kah, aduhhh cana ne Deelah, takut ku eeee, macam-macam sudah ku dangar ne,” kata Karie seakan-akan hendak menangis. “Niiiiiiiiiii, tolong niiii,” teriak Deelah sekuat-kuatnya. “Wooiii Deelah bahapa kau,” Karie menolak Deelah. Karie dan Deelah terduduk seketika setelah letih berjalan. Karie dan Deelah duduk di bawah pokok yang besar dan terikat kain kuning. “Karie, nampak kau ne, kain kana ikat ah,” kata Deelah. “Awu, apa maksudnya ne Dee,” tanya Karie. “Entah aku pun inda tahu Karie,” jawab Deelah. “Jangan diamai eyh, karang lain jadinya,” kata Deelah.

    Namun tiba-tiba, daun pokok bergoyang seperti ada makhluk sedang melompat dan melompat dari satu pohon ke satu pohon yang lain. “Ya Allah, apa tue Deelah,” Karie mendekati Deelah sambil melihat ke atas. “Deelah, apa tue,” kata Karie lagi. “Eshh diam saja Karie, jangantah bunyi-bunyi,” jawab Deelah. “Beruang kali tue Deelah, banar kali kata nini atu ada beruang,” kata Karie lagi.

    Daun pokok bergoyang sekali lagi dan kali ini diikuti dengan satu suara yang halus seperti seseorang sedang menyanyi. Deelah dan Karie memandang sesama sendiri. “Woooiii siapa kau,” teriak Deelah memecah suasana malam. Suara itu berhenti namun tiba-tiba ranting di belakang mereka bergerak dan deruan angin seperti bertiup kencang membuat Deelah dan Karie terjatuh.

    “Deelah, jangan tinggalkan aku, jangan tinggalkan aku,” kata Karie sambil memeluk Deelah. Suara seram itu kedengaran lagi namun kali ini lebih jelas dan amat menyeramkan. “Karie tutup telinga, jangan didangar,” kata Deelah kepada Karie. “Niiiiiiiiiiiiiiiiii, tolong niiii,” kali ini Karie berteriak memanggil nenek mereka. “Hihihihihihi niiiiiiiii…niiiiiniiiii,” suara seram menyahut teriakan Karie itu.

    Deelah dan Karie mandi peluh dan seluruh badan mereka bergetar. “Karie, baca surah-surah apa saja kau tau,” kata Deelah kepada Karie. Sedang Karie cuba membaca surah Al-Quran, daun kering jatuh ke arah mereka berdua menyebabkan Deelah dan Karie terkejut lantas mereka berdua pun berlari dengan sekuat-kuat hati mereka. Deelah cuba memandang belakang dan ternyata ada sesuatu sedang mengejar mereka.

    Berwajah hodoh dan bertaring, lembaga itu cuba untuk menangkap mereka. Dari jauh kelihatan cahaya lampu dan mereka berdua cuba berlari ke arah cahaya itu dan cahaya itu semakin menghampiri dan ternyata itu nenek mereka. “Niiiiiiii, ada hantu menguyung kami ni, ya Allah ni,” kata Karie sambil memeluk nenek mereka. “Astah kan sudah nini bagitahukan jangan masuk ke sini, bah laju, jalan balik,” kata Nini Kassim kepada Deelah dan Karie. Wajah Deelah dan Karie masih pucat serta mereka berdua sukar untuk tidur namun keadaan mereka beransur pulih selepas beberapa jam kemudian selepas diubati oleh nenek mereka. “Iatah tue lai, lain kali dangar cakap nini mu ane, ikut pasannya,” kata nini bini kepada Deelah dan Karie.

    - Advertisment -

    Berita Berkaitan

    Disyorkan Untuk Awda